Oleh : Prof . Suwardi Mohammad Samin,M.S
Penasehat Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
Penasehat Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
Provinsi Riau
Foto : Puing-puing Istana Damnah di Daik Kab.Lingga Prov.Kepri
Latar
Belakang
Pembahasan
terhadap topik diatas dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi dan potensi kesejarahan
di Riau dan Kepulauan Riau sebagai wilayah yang pernah dikuasai oleh suatu
Kemaharajaan (Emperium) yang dikenal dengan Kemaharajaan Melayu Riau sekitar abad 16 sd abad ke 19
Masehi.Selama masa tersebut telah berlangsung proses tumbuh,berkembang,mundur
dan maju tergantung dari kondisi pada masanyaat serta ditentukan pula oleh
faktor kepemimpinan yang melaksanakan
pemerintahan.Pada sisi lain ditentukanoleh adanya dominisasi yang ingin menguasai negeri Kemeharajaan Melayu
Riau tersebut terutama dari luar seperti dari negeri-negeri dari barat,:
:Portugis,Spanyol,Belanda,Inggeris dsb.
Kemaharajaan Melayu
Riau merupakan negeri yang strategis, potensiil dalam pelayaran dan perdagangan
bahan-bahan keperluan dunia barat dan timur ketika itu sehingga Kemaharajaan Melayu Riau
menjadi rebutan negeri-negeri baratdan timur tersebut, sehingga terjadi suatu usaha
penaklukkan negeri Melayu Riau oleh barat, terutama, berlangsung perlawanan, dibawah pimpinan tokoh-tokoh Melayu Riau yang berhadapan dengan musuh dan dihadapi
dengan melakukan perjuangan,perang tanpa pamrih atau mereka tanpa memperhitungkan untung–serta mereka
melakukan pengorbanan harta bahkan jiwa–raga untuk mempertahankan hak-hak dan kekuasan serta pemilikan yang
mereka punyai.Perjuangan mereka itu dikenal sebagai perjuangan
kepahlawanan.Perjuangan dengan semangat keberanian,tanpa pamrih demi menjaga harkat,martabat serta marwah dari
negeri yang mereka miliki.
Oleh Negara RI setelah
menjadi Negara berdaulat semenjak 17 Agustus 1945 sebagai NKRI para pejuang
tersebut di anugrahi gelar,tanda jasa,tanda kehormatan ditetapkan dengan UU dan
yang terakhir UU tersebut tanggal 18 Juni 2009,nomor 20 ttahun 2009 tentang
Gelar,tanda Jasa dan tanda kehormatan dan pelaksanaannya diatur pada Peraturan
Pemerintah RI tanggal 12 Februari 2010, nomor 35 tahun 2010.
Penelitian,Pengakajian
serta Penulisan tentang Sejarah,khasnya sejarah
kepahlawanan terus dilakukan untuk ditemukannya peristiwa-peristiwa dengan para pelaku perjuangan
yang bersifat kepahlawanan itu yang melahrkan nilai-nilai kepahlawanan yang
perlu diteladani oleh generasi penerus di negeri tercinta ini.
Di Riau dan Kepulauan
Riau sejak tahun 1970-an sampai dengan masa kini senantiasa dilakukan kegiatan
penelitian,pengkajian dan penulisan itu.Hasil yang diperoleh dari kegiatan
tersebut sudah dibahas di pertemuan
ilmiah dan sebagian besar telah dijadikan bahan untuk pencalonan sebagai Pahlawan Nasional Republik
Indonesia,diantaranya : Perjuangan Raja Haji Fisabilillah,Tuanku Tambusai<
Panglima Besar Reteh Tengku Sulung,Sultan Syarif Kasim II danada yang diusulkan
seperti Sultan Mohammad Dzainal Abidin dari Rokan belum berhasil sebagai
Pahlawan Nasional tetapi diakui sebagai Pahlawan Daerah Riau terhitung sejak 9
Agustus 2016 ini.
Dittemukan masih banyak
lagi perjuangan para -tokoh Melayu-Riau diantaranya yang sangat menonjol ialah
kepahlawanan Sultan MahmudRiayat Syah dari Kemaharajaan Melayu Riau.Pada kesempatan ini akan kita bahas
untuk ditemukan butir-butir perjuangan kepahlawan beliau sehingga dapat
dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional.RI.
B.Klarifikasi topik
Sejarah
Kepahlawanan di Riau dan Kepulauan Riau (Kemaharajaan Melayu) ialah narasi
peristiwa masa lampau berdasarkan rekonstruksi
dari analisis dan interpretasi materi dalam sumber-sumber terulis dan
sumber lainnya tentang perjuangan
tokoh,pemimpin tanpa pamrih dengan pengorbanan harta dan jiwa serta
pengabdian yang luar biasa dalam berbagai hal dalam pembangunan suatu wilayah
pemerintahan.Dalam hal ini di Riau dan kepualauan Riau yang sebelumnya dikenal
Kemaharajaan Melayu Riau,termasuk negeri-negeri Johor,Pahang dan Terengganu
sebelum 1824 (Trakteaty of London).,lihat Sartono Kartodirdjo,1993 dalam
Suwardi,2007:11-21).
C.Sumber dan Tinjauan teoritis,pedekatanserta
metode
Sumber-sumber
yang dijadikan bahan kajian diantaranya sumber-sumber tertulis dan sumber lisan
serta berbagai peninggalan berupa situs-situs cagar budaya yang mampu ditelaah
demi ditemukankannya butir pendukung untuk maksud bahasan ini.
Kajian
sumber-sumber tersebut dijadikan tinjauan teoritis dalam kajian ini,yaitu
kajian sejarah sebagai ilmu pengetahuan sosial dan khasnya menggunakan sejarah
kritis, baik internal maupun
eksternal.Kajian ini tentu memerlukan pendekatan dan metodologi maka
Ilmu sosial sebagai penedekatannya dan metodenya dari ilmu sejarah yaitu medtode
sejarah krittis seperti disebutkan
sebelumnya.
D..Permasalahn
Permasalahan yang
diajukan pada bahasan ini yaitu :“Mengpakah perlu di bahas Sejarah Kepahlawanan
Melayu Riau (Riau,dan Kepri) untuk ditemukannya butir-butir yang memenuhi
persyaratan diangkatnya Sultan Mahmud Riayat Syah
dari Riau –Lingga sebagai
Pahalawan Nasional RI “?
E.Tujuan dan sasaran
1).Tujuan
Tujuan bahasan ini
ialah diperolehnya imformasi/data/.fakta-fakta akurat yang memberi bukti tentang kepahlawanan di Riau dan kepulauam
Riau,khasnya bagi Sultan Mahmud Riayat
Syah (1761-1812).
2) Sasaran
Sasaran dari bahasan
ini ialah dihasilkan suatu narasi yang memuat berbagai mater tentang
kepahlawanan di Riau dan Kepulauan Riau yang mmebuktikan Kepahlawanan tentang masih banyak tokoh atau pemimpin yang berjuang
dengan pengorbanan tanpa pamrih atau mempunyai pengabdian luar biasa yang patut
dianugrahi Gelar kehormatan,tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional diantaranya
Sulatan Mahmud RiayatSyah,Sultan Kemaharajaan Melayu Riau di Kepulauan Riau (1761-1812).
E.Ruang Lingkup
Kajian
diupayakan membahas :
1) Pendahuluan
2) Gambaran
Umum Kemaharajaan Melayu Riau
3) Penelitian
dan Pengkajian Sejarah Perjuangan Kepahlawanan di Riau dan Kepri (Kemaharajaan
Melayu Riau) dan hasilnya
4) Perjuangan
kepahlawanan Sultan Mahmud RiayatSyah (1761-1812)
5) Refleksi
dan Perspektif
6) Penuttup
II.Gambaran
Umum Kemaharajaan Melayu Riau
a.Sang
Sapurba Membangkitkan Kembali Image Melayu
Pada akhir abad ke 13 M
Sriwijaya telah mengalami kemunduran karena didesak oleh 3 kekuatan yaitu: dari
utara orang Siam 1292, dari dalam sendiri dari kerajaan Melayu Jambi,yang
dikuasai oleh Singosari dan kekuatan ketiga Singosari dan Mojpahit
Oleh karena
itu Sriwijaya mengusahakan adanya pusat
pemerintahan baru seperti dijelaskan oleh Tun Sri Lanang dalam Sejarah Melayu
1612,kajian Muhammad Hj.Saleh,2009,dijelaskandalam kittab Sulalat Assalatin,oleh
Tun Sri Lanang menyebutkan: bahawa Raja Sriwijaya mencari pusat pemerintahan
baru sampai di Selat Malaka, disambut oleh raja Bintan Wan Sri Benai dan Sang
Sapurba atau Sri Tribuana dirajakan di Bintan dan seterusnya ke Temasik dan
mendirikan kerajaan Singapura.Berikutnya
sampai pula di Kuala atau Kuantan
ditemukan kerajaan Kandis dan dirajakan pula beliau di situ.Selanjutnya ke Pagaruyung dan
dinobatkan pula menjadi raja di Pagaruyung. Marco Polo pada 1292 pernah singgah
di Bintan dan Singapura.Seterusnya di Semenanjung didirikan pula kerajaan
Malaka oleh Prameswara keturunan Raja
Mojopahit beliau dari Palembang
pula.Kerajaan Malaka menjadi pusat perdagangan,pelayaran,pusat perkembangan agama Islam serta kebudayaan
Melayu.Lihat kutipan dibawah ini!.Tun Sri lanang, dalam
Suwardi,2013:41-42..Dari kisah
Mangkatnya
Sultan MahmudSyah I Malaka ini pengikutnya seperti Alauddin Ri’ayat Syah
dilantik menjadi Sultan di Pahang setelah berkawin dengan Putri Kesuma
Dewi.Kemudian Sultan Alauddin membawa istri dan pengikutnya ke Johor dan
membuka negeri disana di Hujung Tanah.Jelaslah pengasas Johor ialah Sultan
Mahmud (Mardiana Nordin,2008:19).Tuhfat al Nafis mengatakan bahwa Kerajaan
Johor dimulai oleh Raja Melayu iaitu Sang Sapurba atau Raja Seri Teri Buana
yang turun dari Bukit Seguntang (loccit).
Hikayat Negeri Johor (Ismail Hueein,1963b,dalam
Dr.Liaw Yock Fang,editor itu
Sang Sapurba sampai di Selat
Malaka = Laut Melayu,berdiri kerajaan-kerajaan Melayu dan tokoh nya Sang
Sapurba atau Seri Tribuana beliau
dirajakan di Bintan,Temasik=Singapura,susurgalurnya mendirikan kerajaan
Malaka iaitu Pramesywara ,setelah menganut Islam bernama : Iskandar
Syah.Kerajaan-kerajaan itu berada di Riau,Ghasib di sungai Siak,kerajaan Rokan
berdiri di sungai Rokan,kerajaan Kritang
dan Kandis di sungai Indragiri,kerajaan Kampar di sungai Kampar,Segati di Kuala
Kampar..Seterusnya Malaka ditaklukkan oleh Portugis, kerajaan Melayu Melaka
mmemindahkan ibu negerinya ke Johor, terus Bintan dan Sultan Malaka terakhir
Sultan Mahmud Syah I terus ke Kampar dijadikan raja di Kampar sampai akhir
hayatnya sekitar 1528 bermakam di Kampar digelari marhum Kampar.,makamnya di
Pekantua Pelalawan.:Riris,K.Toha-Sarumpaet,Ph.D,
2011:474-475),Pada tahun 1087 H (1672M) Johor dikalahkan oleh Jambi,Laksamana
Abdul Jamalmembuat negeri di Riau.Sultan Abdul Jalil syah (Marhum Besar)
mangkat dan digantikan oleh Sultan Ibrahim.Sultan Ibrahim Mangkat digantikan oleh Sultan Abdul
Jalil,sebuah istana indah dibangun,kemudian terbakar,Sultan Ibrahim bersemanuk
di Riau.Datang pula serangan dari orang Bugis,Minangkabau dan Patani.Baginda
kembali ke Johor.Diserang pula oleh Minangkabau,beliau melarikan diri ke
Terengganu, kemudian ke Pahang.Sultan Mahmud Syah II(1685-1699) pewaris raja
Melayu Melaka yang wafat 1699
b.Kemaharajaan
Melayu
Kerajaan-kerajaan di Riau dan di
Semenanjung Tanah Melayu menjadi bergabung menjadi Kemaharajaan Melayu seperti
masa Malaka diantaranya : Bintan, Lingga, Indragiri, Siak, Kampar dan Rokan
juga di Semenanjung Tanah Melayu seperti Kelantan, Perak, Pahang, Johor dan
Singapura.
Struktur pemerintahan Kemaharajaan Melayu yaitu
pemerintahan pusat dan dan kerajaan-kerajaan taklukan.Sultan menunjuk pemegang pemerintahan pada
kerajaan-kerajaan taklukkan.Pemerintahan pusat disamping melakukan pemerintahan
di istana juga mengawasi jalannya pemerintahan kerajaan taklukkan.Sususna
pemerintahan yaitu Sultan,Datuk Bendahara,Laksamana,Penghulu Bendahara berfungsi sebagai pembantu
Bendahara.
Sultan-sultan
memegang kekuasaan dalam Kemaharajaan Melayu yaitu:
1)
Sultan Mahmud Syah I (1513-1528)
2)
Raja Ali gelar Sultan Alauddin Ri’ayat
Syah 1530-1564)
3)
Sultan Muzafar Syah II ( 1564-1571)
4)
Sultan Abdul Jalil Syah I (1571-1580)
5)
Sultan Ali Jalla Abdul Syah II (1580-1597)
6)
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah III
(1597-1615)
7)
Sultan Alauddin Mu’ayat Syah
(1515/16-1623)
8)
Sultan Abdul Jalil Syah III (1623-1677)
9)
Sultan Ibrahim Syah (1677-1685)
10) Sultan
Mahmud Syah II (1685-1699)
11) Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah (1699-1719)
12) Raja Kecik
bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1719-1722)
13) Sultan
Suleman Badrul Alam Syah (1722-1761)
14) Sultan
Mahmud Riayat Syah (1761-1812)
15) Sultan
Abdurrahman Muazzm Syah (1812-1832)
16) Sultan
Muhammad Syah (1832-1834)
17) Sultan Mahmud Muzafar Syah (1834-1857)
18) Sultan
Suleman Badrul Alam Syah-II (1857-1883)
19) Sultan
Abdul Rahman Muazam Syah (1883-1913)
Drs.H.M.Daud
Kadir,dkk dalam Buku Sejarah Kebesaran Kesultanan Lingga-Riau,(2008:185)
menjelaskan bahwa Lingga dengan meninggalnya Sultan Mahmud Syah II (1685-1699) sebagai dinasti terakhir dari turunan sultan (ke 10) dinasti turunan Sultan Melaka.
Setelah itu pemerintahan kemaharajaan Melayu dilanjutkan oleh suatu dinasti baru keturunan Datuk Bendahara
Paduka Raja Tun Abdul Jalil yang diberi gelar Sultan Mahmud Syah
III(1761-1812).Pada masa ini pusat pemerintahan dipindahkan Daik di
Lingga.Ketika penobatan Sulttan Mahmud Syah III masih muda dan pemerintahan
dilaksanakan oleh Yang Dipertuan Muda Daeng Kamboja.Wafatnya Daeng Kamboja 1777
digantikan oleh Raja Haji (1777-1784) yang berjuang melawan Belanda,sampai
tetembak di,Teluk Ketapang, Melaka
(1784) dasn memaksakan perrjanjian dengan nama Tracttaat Al Toose
Durende Getrouwe vriend en bond
Genootschap ditanda tangani 10 November 1784.ahun ini juga Belanda mengangka
Residen di Tanjung Pinang bernama : David Ruhde pada 19 Juni 1785).
Pada tahun
1787 Sulan Mahmud Riayat Syah memindahkan pusat pemerrintahannya ke Daik –Lingga.Akibat
tekanan-tekanan dari pihak Belanda.Walaupun pusat di Daik –Lingga namun wilayah
masih termasuk Johor-Pahang.Di Johor berkedudukan Datuk Temenggung dan di
Pahang kedudukan Datuk Bendahara.
Tahun 1795—1816 disebut masa intreganum
antara Inggeris dan Belanda di Nusantara.
Belanda
harus menyerahkan jajahannya kepada Inggeris.yaitu :
(1)
Wilayah di selatan Singapurra, dan (2) Pulau
Bintan. (3)Pulau-pulau Anambas;(4)Daerah
Indragiri Hilir bagian Hilir,Kuala Gaung,Kuala Sepat dan Retih.Pemerintah
Lingga-Riau harus tunduk kepada kekuasaan pemerintahan Belanda berdasarkan
perjanjian Sultan Riau dengan pemerintah Belanda pada 30 September 1868 dengan
penempatan petugas-petugas Belanda ,antaranya Asisten residen di Daik, di Lingga,Karimun,Penghujan di Bintan,Gunung di
Bintan,Gunung Kijang di Bintan dan di
pulau Buru.(ibid,186—187)
Pemerintahan
dilaksanakan oleh Yang Dipertuan Muda seperti dibawah ini :
Semenjak
Kompeni Belanda mengalahkan Raja Haji
Fisabilillah pada 1784,Belanda menunjuk
pembantu Sultan diberi jabatan Yang Dipertuan Muda berasal dari keturunan
Bugis yaitu:
1)
Yang Dipertuan Muda Riau I Daeng Marewa
(1714-1721)
2)
Yang Dipertuan Muda Riau II Daeng Celak
(1721-1738)
3)
Yang Dipertuan Muda Riau III Daeng Kemboja
(1745-17777
4)
Yang Dipertuan Muda Riau IV Raja Hji
(1777-1784)
5)
Yang Dipertuan Muda Riau V Raja Ali
(1784-1806)
6)
Yang Dipertuan Muda Riau VI Raja Jaafar (
1806-1833)
7)
Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja
Abdurrahman ( 1834-1845)
8)
Yang Dipertuan MudaRiau VIII Raja Ali II (
1845-1857)
9)
Yang Dipertuan Muda Riau IXRaja Abdullah
(1857-1858)
10) Yang
Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf
(1858-1900)
Kondisi
tersebut sudah bermula sejak pendudukan Malaka oleh Portugis dan sultannya
melakaukan perlawanan 1511—1542 dan diteruskan sikap anti-pati Sultan dan
Rakyatnya Kemaharajaan Melayu melawan
penjajah Belanda,berawal di Guntung Siak
(1752—1760), Raja Haji Fisabilillah di Riau kepulauan (1782—1784),Tengku
Tambusai (1820—1839),Panglima Besar Reteh Tengku Sulung (1858) dan banyak lagi
perlawanan seperti perlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah diteruskan oleh Sulttan
Mahmud Muzafar Syah,yang dipimpin para panglima di wilayah Riau dan kepulauan
Riau seperti Perang Retih dipimpin Panglima Besar Tengku Sulung (Oktober
–November 1858)..
III.Penelitian dan
pengkajian melawan Penjajah dan
hasil-hasilnya
Penelitian
dan pengkajian melawan penjajah seperti di sebutkan diatas dan sebagian telah
dijadikan sebagai bahan dalam mengusulkan kepahlawanan para tokoh-tokoh
tersebut ada yang berhasil tetapi ada yang belum berhasil.Berikut ini akan
dikemukakan beberapa sampel perlawanan itu dan bagaimana hasilnya ?
A.Perjuangan Pisik
(1)
Perjuangan
dan perlawanan fisik menentang Portugis
berlangsung dari tahun 1509-1542
Perlawanan menentang Portugis terjadi di selat
Malaka dibawah pimpinan Sultan Mahmud Syah Iberlangsung perang bersosoh di kota
Kara dan Kopak di Bintan (Keplauan Riau), diteruskan oleh Hang Nadim dan Nara
Singa di Indragiri, serta Abdullah di Kampar (lengkapnya baca buku
Suwardi,dkk,1984)Juga perlawanan di
Banten berlangsung menentang Portugis, sehingga Portugis gagal menduduki
negeri ini.
Perlawanan terhadap Portugis dan Spanyol
terjadi pula di Ternate dan Tidore dibawah pimpinan Sultan Khairun,tahun 1565,
dan Babaullah, 1577-1605. (lihat Sartono Kartodirdjo,1975 :351-352..
2).Perjuangan
menentang Belanda
Perjuangan ini dimulai sejak 1600-san
dalam lokasi dan dengan kerajaan serta pemimpin yang berlainan.
Perjuangan bersifat dan disebabkan
oleh berbagai kriteria dan hasilnya
Belanda memaksakan perjanjian panjang (Lange Contrack) dan perjajanjian
pendek (Korte Verklaring) kepada raja / sultan / susunan di Indonesia yang menyebabkan negeri ini
jatuh kepada kolonialisme dan imperialisme Belanda.
Perlawanan pada awalnya berlangsung sendiri-sendiri
belum bersatu sehingga Belanda dengan politik devide et imperanya berhasil
menguasai Indonesia,termasuk Riau dan Kepulauan Riau..
Perlawanan dimulai dengan perlawanan
Sulan Agung di Mataram, 1648-1649, Sultan Hasanuddin di Makasar berakhir 1667, Raja Haji Fisabilillah di Kemaharajaan Melayu Riau pada 1782-1784,
Patimura di Maluku, 1817, Imam Bonjol dalam perang Padri 1821-1837, Diponegoro dalam
perang 1825-1830,Perang Banjar, Perang Jagaraga di Bali,Perang Aceh,
1873-1912), Perang Tuanku Tambusai 1837-1848, Sisingamangaraja (1878-1907), dan banyak lagi para tokoh dan
pejuang memimpin perlawanan kepada
Belanda secara pisik.Namun perjuangan itu dapat dikalahkan Belanda karena
berbagai alasan.Diantaranya perlawanan di Kemaharajaan Melayu Riau seperti
Perang Guntung di Siak (1752-1760),Perlawanan di Riau-Johor-Lingga-Pahang
dipimpin Sultan Mahmud Riayat Syah (1761-1812) dan diteruskan SulttanMahmud Muzafar
Syah (1858-1864) perang dibawah pimpinan
para panglima.Perang Datok Tubano di
Kampar (1900-1905),perlawanan Perang Manggis di Kuantan,dipimpin Langkakuci atau
berrgelar Datuk Sinarro Nan Putih (1900-1905),di Riau Lingga terkenal Perang
Pulau Bayan yaitu akibat kemarahan Belanda atas kekalahan melawan Raja Haji
1782-1784 maka terjadi perrang Pulau Bayan dipimpin pihak Riau yaitu
lasykarr-lasykar Raja Ali bertahan mati-matian untuk mempertahankan kubu Pulau
Bayan.Raja Ali mengundurkan diri ke Sukadana (Kalimantan).
Perang
seterusnya dipimpin oleh kehebatan
Sultan Mahmuud Muzafarr Syah yang dimakzulkan oleh Belanda dengan 9
alasan,diantaranya beliau berdekatan
dengan Inggeris,China,India,Persia,dll.Belanda dituduh mencekoki Riau,masalah
pengangkatan Yang Dipertuan Muda dilantik oleh Sultan Riau,Sikap Sultan yang
tidak suka pada Belanda,dll.Patut juga dikaji perlawanan ini karena menimbulkan
Perang besar di selat Melaka terkenal dengan Perang Reteh pimpinan
Panglima Besar Tenguku Sulung (1858).
Perlawanan
di Kemaharajaan Melayu Riau seperti disebutkan diatas sebagian sudah di angkat
sebagai Pahlawan Nasional seperti Raja Haji Fisabilillah,Tuanku Tambusai,Sultan
Syarif Kasim II dan Panglima Besar Reteh Tengku Sulung diberikan penghargaan
sebagai MahaPutra Republik Indonesia.Perjuangan Nara Singa melawan Portugis
sudah di seminarkan di kabupaten
Indragiri Hulu dan direncanakan akan diseminarkan lagi di provinsi Riau pada
tahun 2017,demikian pula Perjuangan Mahmud Marzuki dari Kampar diusahakan pula
untuk dibahas di seminar provinsi Riau pada tahun 2017.
Perjuangan dan pengabdian para
pujangga bahasa Melayu Riau seperti Raja Ali Haji telah pula disyahkan sebagai
Pahlawan Nasional dengan usulan seminarnya pada tahun 2004.
Kajian tentang perjuangan
kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah telah pula dilakukan dan hasilnya di
seminarkan lagi di tingkat provinsi Kepulauan Riau pada 31 Okttober 2016 ini di
Tanjung Pinang.Mudah-mudahan seminar akan menghasilkan rekomendasi supaya
Sultan Mahmud Riayat Syah dapat disyahkan sebagai pahlawan nasional Republik
Indonesia.
B.Perjuangan
non pisik
Dalam sejarah Indonesia priodisasi dibagi atas
masa kuno, masa penjajahan asing, masa
kebangkitan nasional / masa pergerakan
kebangsaan dan dikenal sebagai perjuangan non pisik ,masa kemerdekaan,
dan masa pasca kemerdekaan.
Masa kebangkitan nasional ditandai dengan lahirnya organisasi sosial
dan politik. dan dipelopori oleh kaum intelektual, hasil dari pendidikan pada
umumnya mereka tergolong usia muda dan
disebut kaum pemuda.Melahirkan babakan perjuangan Kebangkitan Nasional sejak
1908—1945. Pada sisi lain masa
kebangkitan nasional ditandai pula oleh berkobarnya usaha-usaha
untuk mengadakan perlawanan bersenjata
yang dapat ditundukkan oleh penjajah, dan pihak penjajah merobah sistem kolonialisme melalui sistem
persekolahan/pendidikan , dan dikenal dengan istilah polltik
etika/ethis.terkenal dengan trilogi van Deventer.
Sistem Trilogi van Deventer yaitu emigrasi, irigasi, dan
edukasi. Politik ini dilakukan sebagai tanda balas budi, akibat lahirya
pemikiran tokoh di negeri Belanda yang telah dipengaru hi oleh paham
liberlaisme.Politik ini juga di dorong oleh dampak poltik tanam pakasa yang
memberikan keuntungan kepada pemerintah Belanda dan penderitaan yang
dialami rakyat semakin parah.Oleh karena
itu para tokoh liberal mengganti sistem penjajahan di negeri Indonesia
dengan Balas Budi./poltik ethis.
Salah satu subsistem dikenal dengan mendirikan
sekolah-sekolah yang tujuan utamanya
semata-mata untuk keperluan penjajahan Belanda juga.Belanda tidak menduga
lulusan pendidikan itulah yang mempelopori tumbuhnya kesadaran nasional
rakyat.Salah satu cirinya berdiri organisasi sosial politik.Melalui organisasi
ini pula diataranya, Budi Utama (20 Mei 1908) tumbuh kesadaran kebangsaan. Dari
organisasi sosial berkembang organisasi politik yang tujuannnya melawana penjajah
Belanda untuk merdeka dan pada saatnya berkumandang Sumpah pemuda pada 28
Oktober 1928: Satu bangsa, satu tanah air, dan menjunjung bahasa persatuan
yaitu bahasa Indonesia.
Selanjutnya organisasi itu tumbuh diseluruh daerah di
Indonesia termasuk pula di Riau. Kesadaran kebangsaan semakin tumbuh di
daerah-daerah.Kesadaran kebangsaan di Riau tumbuh dengan menjadikan bahasa
Melayu sebagai bahasa baku oleh kelompok
penulis,pengarang Riau.Para tokoh-tokoh
itu seperti Raja Ali Haji,dkk. mendirikan
Organisasi Rusydiah Club (1892) menghasilkan berbagai pemikiran bernafaskan kemerdekaan
dan kebangsaan.dalam tulisan dan karangan, berupa naskah atau buku-buku.
Juga berkembang usaha
dalam ekonomi mendirikan Serikat Dagang dikenal Serikat Dagang Ahmadi, adanya
Serikat tsb.dapat disebut mulai berdiri sejenis Koperasi.Lokasinya di Midai (Pulau
Tujuh).
Di Siak Sri
Indrapura,sultannya adalah Sultan
Syarif Kasim II dibawah binaan permaisurinya
mendirikan sekolah AgamaLatifah School.Di Siak yang memberi kan pengaruh
lahirnya kaum terdidik di Siak Sri Indrapura..Demikian pula di lokasi lain di
Riau seperi di Kuantan, Kampar, Indragiri banyak pemudanya melanjutkan sekolah
ke berbagai daerah di Sumatra sepeerti di Sumatra Barat, ke Batavia (Jakarta)
dididik pada sekolah-sekolah termasuk sekolah agama, lulusan sekolah tersebut
mendirikan organisasi sosial politik dari golongan intelektual yang seterusnya mereka memasuki
organisasi sosial dan politik.
Perjuangan mereka itu telah diteliti dan dikaji menjadi berbagai
buku,diantaranya Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan kolonialisme di
Riau,penulis Suwardi Ms,dkk.tahun 1984/1985,Tokoh-tokoh Sejarah Kepahlawanan
Riau dari masa kemaharajaan Melayu hingga proklamasi kemerdekaan,oleh Suwardi
MS,editor Zulkarnain,2006,dll.materinya dapat dirujuk untuk pengusulan sebagai
pahlawan.Diantaranya yang telah dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yaitu :
Raja Haji Fisabilillah 11 Agustus 1997,
Tuanku Tambusai tahun ,1995 ,Sultan Syarif Kasim II, tahun 1998,Panglima
Besar Reteh,sebagai Maha Putra RI saja.,Raja Ali Haji tahun 2004 diusulkan
disyahkan sekittar 2005.Sultan Mohammad Dzainal Abidin gagal dan dikukuhkan
sebagai pejuang provinsi Riau tahun 2016 ini bersama-sama 19 tokoh lainnya.
Oleh
Karena itu pada kesempatan berikut ini diupayakan kajian diteruskan dan
pengusulannya dilanjutkan,diantaranya perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah
sebagai Pahlawan Nasional hendaknya dikukuhkan oleh pemerintah pusat pada masa
mendatang ini dengan materinya sebagai ttertulis dibawah ini.
IV.Perjuangan Kepahlanan Sultan Mahmud Riayat Syah
Askar Lanun menyerang Tanjung Pinang pada 1787.dijelaskan
oleh M.Amin Yacob,2004:56-61
Peneyerangan ini terdiri dari
pengerahan 40 kapal layar besar terdiri
dari pasukan lanun dari Tampasok mengalahkan pasukan Belanda di Tanjung Pinang
Banyak orang Belanda mati terbunuh.Residen Belanda dan beberapa orang Belanda
yang masih hidup melarikan diri ke Melaka.Atas kemenangan itu Sultan Mahmud
mengadakan jamuan makan-minum besar atas kemenangan pasukan Tamposok mengusir
Belanda dari Riau.Setelah askar lanun itu pulang ke Tampasok Sultan merasa
khawatir dan meninggalkan hulu Riau,mungkin Belanda menyerang semula Tanjung
Pinang yang telah dikuasai Sultan Mahmud di Riau lama.Maka pada tahun 1787
Sultan Mahmud meninggalkan Riau dengan 200 kapal perahu layar pindah ke pulau
Lingga di Daik dan Bendahara Pahang pada waktu itu berada di Riau yaitu
Bendahara Tun Abdul Majid.dengan angkatan sebanyak 150kapal perahu layar
meninggalkan Riau kembali ke Pahang.Temenggung Abdul Jamal dan sekalian orang
Melayu meninggalkan Riau pindah ke pulau Bulang dekat pulau Batam.Pulau Bulang
tempat kedudukan TemenggungRiau untuk kawasan
Johor dan Singapura.. Hulu Riau sudah ditinggalkan sama sekali mereka
pindah ke Karimun,Kundur,Selat Singapura danada juga ke Kalimantan dan
pulau-pulau dalam kepulauan Riau-Lingga seperti ke Singkep,dan Senayang.Riau
lama jadi pusat pemerinyahan Kemaharajaan Melayu selama 10 tahun (1721-1787).
Pada tahun 1788 Sultan Mahmud berangkat ke Pahang
menemui Bendahara Tun Abdul Majid dan juga mengutus orang ke Tampasok untuk
minta bantuan menyerang Belanda di Melaka.Bantuan belum diterima dan Sultan
kembali ke Daik-Lingga.Sultan berusaha mengunjungi Terengganu,dan Pahang untuk
membuat perdamaian dengan Belanda dan membatalkan perjanjian terdahulu dengan
Belanda.Sementara itu Sultan Terenganu Mansyur Syah meninggal dunia pada tahun
1793.Beliau digantikan oleh putranya Sultan Zainal Abidin II.
Belanda
bercadang membuat perjanjian pada bulan Agustus 1795.dengan syarat perjanjian
yaitu :
1)
Beritish company Inggeris mengambil Melaka
dari tangan kuasa Belanda;
2)
Belanda membebaskan Riau dan menyerahkan
semula kepada Sultan Mahmud.Oktober 1795 beberapa orang kompeni Inggeris pergi ke
Riau (Tanjung Pinang ) menyaksikan serah terima kepada Sultan Mahmud Lingga.
Pada bulan
Februari 1802 atas inisiatip Bendahara Tun Abdul Majid yang datang dari Pahang
Sultan Mahmud Syah,Daik-Lingga
mendamaikan antara Yam Tuan Muda Raja Ali dengan Engku Muda Muhammad.
Pada masa
yang lain,Temenggung Abdul Jamal telah dijemput
Sultan Mahmud Syah dari Daik Lingga mengiringi baginda ke Pahang .Pada
suatu malam Temenggung Abdul Jamal membunuh Tun Abdul Mutolib (putra Bendahara)
dirumah Bendahara Tun Abdul Majid.Sultan menyuruh Temenggung Tun Abdul Jamal
kembali ke pulau Bulang Riau.
Pulau
Bulang adalah pangkalan armada Angkatan Laut Diraja Sultan juga sebagai tempat
menyimpan obat bedil dan obat meriam Tun Abdul Jamal tewas bersama dua orang
anaknya di tempat tersebut.
Sultan
Muhmud Riayat Syah mangkat pada 12 Januari 1812 setelah memangku jabatan selama
lima puluh tahun (50 tahun).Sebelum mangkat beliau berwasiat bahwa putra Sulung
Tengku Husin bekal menggantikannya sebagai Sultan Lingga dan Tengku Abdursahman
yang sangat kuat menjalankan ibadah Islam agar dapat berangkat ke Mekah
menunaikan ibadah Haji.
Sementara
akan diadakan pemakaman Sultan Mahmud Riayat Syah terjadi perselisihan paham
diantara Yang Dipertuan Muda Raja Jaafar
dengan pembesar Kemaharajaan Melyu Johor,Pahang,Riau-Lingga yaitu menurrut
adat-istiadat pelantikan Sultan Johorr dari putra Sulung yang berhak
dilantik,menjadi Sultan,namun Yang
Dipertuan Muda Raja Jaafar maukan adiknya dilantik Tengku Abdurrahman menjadi Sultan,cadang Yang
Dipertuan Muda Raja Jaafar ini telah ditentang hebat oleh para pembesar Johor
karena bertentangan dengan adat-istiadat negeri Johor yang telah menjadi
ketetapan.Tengku Husin hadir pada pemakaman itu dan Tengku Abdurrahman dilantik
menjadi pewaris takhta kerajaan Johor menjadi
sultan Johor ke XVII. Dan seterusnya Tengku Abdurahman menjadi Sulttan
Johor,Pahang,Riau-Lingga (1812—1824).
Dampak dari Treaty of London 1824
telah memecah dua Kemaharajaan Melayu satu pihak jajahan Inggeris
:Singapura,Johor,Pahang dan Semenanjung Malaya jajahan Inggeris dan
Riau,Kepulauan Riau (Kemaharajaan Melayu Riau )menjadi jajahan Belanda.Campur
tangan Belanda semakin kuat di Kemaharajaan Melayu Riau,Jabatan Yang Dipertuan
Muda Riau sebagai pelaksana pemerintahan, Sultan seakan-akan tidak
berkuasa.Oleh karena itu sultan tidak mengacuhhkan kepentingan keamanan
Belanda.Oleh karena itu Belanda memakzulkan
Sultan Muhammad Syah dan penggantinya ialah putranya yang masih muda dan
bergelar Sultan Mahmud Muzafar Syah (1834—1857). Sultan Mahmud Muzafar Syah
adalah seorang raja yang berpengaruh besar,tidak saja dalam kerajaan
Lingga-Riau,tetapi juga sampai ke Pahang,Johor,,Terengganu.Karenanya pihak
Inggeris dan Belanda merasa terganggu atas pengaruh Sultan Mahmud Muzafar
Syah.Belanda mengeluarkan surat pemecatan Sultan Mahmud Muzafar Syah atas
laporan Residen Belanda di Riau,Residen Niieuwenhuyzen ke penguasa Belanda di
Batavia.Pemecatan Sultan Mahmud Muzafar Syah itu jatuh pada tanggal 23
September 1857 bertepatan tanggal 18 Syafar 1274 H.Setelah dipecat Sultan
Mahmud Muzafar Syah menetap di Pahang
dan wafat di Pahang pada 8 Juli 1864.(ibid185--:186).Pemerintahan dilanjutkan
oleh Sultan Suleman Badrul Alam Syah II (1857—1883), yg diangkat pertama atas keputusan
Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan daerah kekuasaannya (1)Pulau Lingga dan
pulau-pulau sekitarnya terletak di sebelah barat Pulau Temiang dan pulau
sebelah barat Selat Sebuaya.(2) Di Pulau Sumatera ialah pulau-pulau yg terletak
sebelah timur dan barat selat Durai dan pulau-pulau yg terletak di sebelah
barat Selatan Riau,sebelah selatan Singapura seperti
dijelaskan diatas bahwa pemerintah kolonialisme Belanda sudah semakin menguasai
Kemaharajaan Melayu Riau semenjak di tanda tanganinya Traktaat London pada 1824
M.Belanda mengatakan bahwa Kemaharajaan Melayu Riau dimiliki oleh Belanda
sedangkan sultannya sebagai peminjam saja.Kondisi ini sudah ditentang oleh
berbagai sultan sebelumnnya,namun ketika Sultan Mahmud Riayat Syah naik takhta
Belanda semakin ganas.
Diantaranya terjadi tindakan memakzulkan
(memecat)Sultan tersebut dari takhtanya dengan suatu surat keputusan Gubernurr
Jendral Hindia Belanda di Batavia tanggal 23 September 1857 M.Alasan pemecatan
itu sudah dijelaskan diatas.
Akibat keputusan tersebut Sultan dan
didukung oleh rakyatnya melakukan Perang dan diantaranya di perairan Selat
Malaka berpusat di Reteh,Indragiri Hilir di Riau.1858.
Faktor-faktor pendorong gencarnya Sultan Mahmud Riaya r Syah
menentang dan melawan Belanda terutama factor kedaulatan Sultan yang dihabisi
oleh Belanda bahkan Sultan hanya sebagai peminjam.Kondisi ini sudah ttentu
menghilangkan harkatt,martabatt,sertta maqrrwah Sulan Melayu yang di dalam
ungkapan Melayu dikenal “Tuah sakttti hamba negeri, Patah Tumbuh Hilang
berganti, esa hilang dua terbilang,takkan Melayu hilang di bumi.” Jika Sultan
tidak mempunyai kedaulatan itu maka harus dilawan.dengan menggalang wilayah
dengan para panglima-panglimanya,perlengkapan senjata, meriam dan mesiu
dipersiapan dari Singapura.Wilayah Reteh ini merupakan ancamana besar bagi
kemenangan Belanda dalam menguasai wilayah Indonesia.dan mengembalikan
kewibawaan Sulatan Mahmud Muzafar Syah kembali. Salah satu wilayah yang
menyatakan setaia kepada sultan ialah Reteh di Indragiri Hilir dibawah
pimpinannya Panglima Besar Reteh Tengku
Sulung,perlawanan berkobar sampai Belanda mengerahkan ribuan prajurit
lulusan akademi meliter dari Belanda
yang baru saja menamatkan pendidikannya.Pada saat Belanda memasuki benteng
Tengku Sulung di Sungai Sempi dan batang Ganzal tertembak Tengku Sulung dan
masuk ke sungai,mayatnya tidak dapat dtemukan.Disamping itu peranan orang laut
yang mengganggu pelayaran dan perdagangan Belanda tturrut melakukan perlawanan kepada Belanda
sehingga suplai senjata dari Sultan mereka manfaat pula untuk menemabkan
kapal-kapal Belanda yang berlayar di selat Melaka, dan Belanda semakin gigih
menghadapi pasukan-pasukan tersebut sampai akhir hayatnya 1864.
Sulatan Mahmud Riayat Syah mempersiapkan
segala komponen untuk melawan Belanda
itu.termasuk secara polittik,sosial,ekonomi,agama Islam perjuangan itu lanjutan
perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah diatas.Perjuangan Sultan Mahmud Riayat
Syah itu telah dilukiskan oleh seorang
penyair dalam Syairnya berjudul Syair Sultan Mahmud.(Suwardi Ms dan Ridwan
Melay,1990::22—32).Di system pemerintahan mempunyai kesamaan dengan
pemerintahan Melayu secara umum.
Syair pemerintahan diantaranya: Orang
bekerja sehari-hari
Diperinth
oleh keempat Mentri
Panji dibangun ditengah neger
Bertentang dengan Balairung negeri
Penghulu istana orang bahari,
Ia
berteriak kesana kemari,
Ayuhai anakku sekalian kemari,
Kerjakan perintah ke bawah dulu;
Syair dalam hubungan sosial sebagai negeri didiami oleh berbagai
etnis,syairnya seperti berikut ::
Jikalau izin serta
diberi
Bermohonlah patik ke
Singapuri
Peta istana disanalah
dicari
Sebab negeri tempat yang
bahari
Wazir
menyembah derjah berseri
Baiklah
Tuanku,mahkota negeri
Naik
pergi ke Singapuri
Habis
lamanya dua puluh ahri;
Setelah sudah putus
bicara
Mentri bermohon pergilah
segera
Bertitah pula Sultan
Mapandara
Janganlah sirna di
Singapura;
Untuk melukiskan ekonomi dilukiskan
suatu cerita yang diambil dari syair tersebut yaitu ketangkasan tukang di Riau-Lingga; Tukang
Melayu bekerja tepat dan cepat tetapi tukang China bekerja sebagai memiliki
tenaga setan.Keadaan perekonomian yang demikian baik,banyaklah berdatangan para
saudagar untuk ke Riau-Lingga dan
digambarkan seorang Gusyi mempersembahkan hadiah seperti kursi yang indahserta
beberapa hadiah lainnya.
Syair itu ialah
Sultan hendak membuat
istana
Aku dititahkan janganlah
lama
Barang berapa pergilah
semua nya
Inilah titah sultan yang
gona
Ada
yang tertarik ada yang bertengkar
Mengumpulkan
perkakas janganlah bertukar
Ada
yang halus ada yang kasar
Ada
yang kecil ada yang besar;
Syair
berupa ekonomi :
Kepada saudagar Mentri berkata
Ayuhai saudagar sahabatnya kita
Sungguh tuan menaruh peta
Jual apalah kepadanya kita;
Syair
bernuansa Agama Islam:
Mana yang takut
kepada Allah
Disuruh bertudun g
sangat sukalah
Bertudung dengan
karena Allah
Menurut perintah
Rasulullah;
Syair bernuansa seni
dan sastra
Bukit Putri tinggi menawan
Disanalah konon istananya Tuan
Istana nya indah kobarnya tuan
Lembahnya di kuai abdi pahlawan;
Karena baginda raja
yang gona
Diatas bukit membangun istana
Bukit putri itu sempurna
Dari atanya tampak
kemna-mana
Merujuk kepada syair
itu kelihatan kecerdasan dan kehebatan sultan Mahmud Riayat Syah ditunjukannya
tidak saja dalam strategi perang tetapi
juga dalam iptek dan agama Islamsehingga beliau patut diangkat sebagai Pahlawan
nasional RI
V.Refleksi dan Perspektif
A.Refleksi
Merujuk kepada uraian terdahulu maka
dapat diangkat berbagai cerminannya, dianttaranya bahwa pembahasan menyanngkut
gambatran umum Kemaharajaan Melayu berlokasi di Riau dan Kepulauan Riau, yaitu
kerajaan-kerajaan di Riau-Johor,Pahang,Terengganu dan Lingga yang sejak
kejatuhan Melaka (1511) sampai Treaty of London 1824 sebagai kemaharajaan yang
berdaulat dan disegani oleh lawan-lawannya.Namun semenjak Belanda dan Inggeris
memecah kemaharajaan itu dan Inggeris berkuasa di Johor,Pahang,danTerengganu
sedangkan Riau,Lingga dijajah oleh Belandsa,dan Belanda menjadikan jajahan itu
sebagai miliknya sendiri dan sultannya sebagai peminjam negeri
itu.Sampai-sampai Belanda melaksanakan pemerintahan secara langsung dan Yang
Dipertuan muda sebagai pelaksanaan harian sebagai boneka Belanda .Pengangkatan dan
pemberhentian Sultan,Yang Dipertuan
Muda harus oleh Belanda.Jika Belanda
tidak melaksanakannya Belanda berhak memecatnya,seperti Sultan Mahmud Muzafar
Syah karena tidak patuh dan selalu melawan kepada pejabat Belanda dipecat oleh
Gubernur Jendral dari Batavia 23 September 1857.Sebelumnnya telah berlangsung
perjuangan dipimpin Sultan Mahmud Riayat Syah menyerang Belanda di Tanjung
Pinang 1787-1795,berhasil menggugurkan askar Belanda dan Sulan Mahmud dibantu
oleh askar lanun dari Tampasok.Selanjutnya diserang pula Belanda di Malaka
tetapi belum berhasil,maka ibu koa Kemaharajaan Melayu Riau dipindahkan sultan
Mahmud ke Linggga di Daik.Beliau berhasil memaksa Belanda menanda tangani
perjanjian dan Belanda sejak Okober 1795
yang isinya seperti disebukan diatas bahwa kedaulaan Sultan Mahmud Riaya Syah diakui
oleh Belanda.Namun Belanda pada 1857 memecat Sulan Mahmud Muzafar Syah
Pemecatan ini merupakan penghinaan
kepada Sultan Melayu dan merupakan penodaan harkat dan martabat serta marwah Melayu.Oleh karenanya
wilayah-wilayah Kemaharajaan Melayu melakukan perlawanan dibawah pimpinan
panglima-panglima perangnya seperti di Reteh—Indragiri mati-matian berjuang melawan
Belanda puncaknya pada 1858 sampai 1864 Mahmyd Muzafar Syah mangkat di
Pahang.Perlawanan secarra polittik,sosial,ekonomi dan budaya dilakukannya pula
sehingga harkat Kemelayuan terangkat dan berhasil menjadi salah satu jati diri
dari Indonesia,yaittu bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan sejak sumpah
pemuda 28 Okttober 1928. Dan seterusnya bahasa Indonesia menjadi bahasa
Nasional RI yang dikukuhkan di UU D ‘1945.
Oleh
karena ittu sudah sepatutnya Sulttan Kemaharajaan Melayu Riau yaitu Sultan
Mahmud Riayar Syah dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional RI
B.Perspektif
Kondisi Kemaharajaan Melayu di Riau dan Kepulauan Riau yang berjuang
melawan penjajah sudah sepatutnya di kukuhkan sebagai Pahlawan Nasional RI,termsuk
Sultan Mahmud Riayat Syah.
Demikian juga pejuang-pejuang
lainnya yang telah ada penelitian dan pengkajian dari Riau perlu pula di kukuhkan sebagai
pahlawan nasional RI seperti Raja Nara Singa dan pejuang pendidikan dan agama
seperti Mahmud Marzuki dari Kampar.
Pengukuhan para pahlawan ini sangat
penting karena supaya generasi muda atau generasi penerus mempunyai keteladanan
dari tokoh-tokohnya dengan nilai-nilai kepahlawanan yang mereka miliki.
Penerbitan dari hasil-hasil
penelitiandan pengkajian itu perlu
diterbitkan dan disebar luaskan kemasyarakat, khususnya di dunia pendidikan
dari dasar sampai ke pendidikan tinggi,juga di pendidikan luar sekolah dan
imformal.
Jangan lupa selalu menggelorakan “
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, dan
bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah”Jas Merah kata
Bung Karno/Sejarah membuat orrang yang mempelajarinya bijaksana terlebih
dahulu,wisdom before study the history. Historya magistrra vitae.Sejarah membua
orang bijaksana.
Kekurangan dan kerlemahan dari
tulisan ini harap dikritisi dan ajukan saran penyempurnaannya.terima kasih
VI.Penutup.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah
Subhanahuattaalla bahwa penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan seadanya.Mudah-mudahan tulisan
ini akan memberi manfaat kepada usaha Bupati
Linga dan dinas yang terkait serta panitia dalam menyusun materi pengusulan
Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai Pahlawan Nasional RI.
Ketterbatasan masa dan sumber dalam
penyusunan makalah ini diperkirakan masih banyak kekurangan dan
kelemahannya.Untuk itu penulis mengajak kita semua untuk berdiskusi secara
kritis sehingga akan diperoleh bahan yang berkualitas dan memenuhi persyaratan menurut undang—undang
dan peraturan yang berlaku.
Akhirnya dengan segala kerendahan
hati saya menyempaikan ribuan terima kasih kepada Bupati Lingga dan panitia
pertemuan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lingga) yang melibatkan saya sebagai
salah seorang i nara sumber pada
pertemuan angal 31 Okttober 2016 di Tanjung Pinang.
Pekanbaru,26
Oktoberr 2016
Wabillahi
taufiq walhidayah
Suwardi
Mohamad Samin
BAHAN RUJUKAN
Amin,M.Yacob,2004,Sejarah
Kerajaan Lingga,Johor,Pahang,Riau-Lingga,UNRI Press Pekanbaru unttuk Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga,Pekanbaru;
Daud
Kadir,M.dkk.Tim Penyusun,2008,Sejarah Kebesaran Kesultanan
Lingga-Riau,Pemerintah Kabupaten Lingga,Provinsi Kepulauan Riau;
Dudung
Abdurahman,2007,Metodologi Penelitian Sejarah,Ar-Ruzz Media,Depok
Sleman,Yogjakartta;
Gottschalk,Louis
1975,Mengerti Sejarah,Pengantar Metode Sejarah,terjemahan Nugroho
Notosusanto,Yayasan Penerbitt Universitas Indonesia,Jakarta;
Ismaun,Prof.Dr.H,2005,Pengantar
Belajar Sejarrah sebagai Ilmu dan wahana Pendidikan,Histtoria Utama
Press,jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan
Indonesia,Bandung;
Muchtar
Lutfi,Drs.dkk,Tim Penulisan dan Penyusunan UNRI,1997,Sejarah Riau,Kerjasama UNRI dengan Pemerintah Daerah Propinsi
Riau,Pekanbaru;
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia,nomor 35 tahun 2010, tentang Pelaksanaan UU no.20
tahun 2009, tentang Gelar,Tanda jasa,dan tanda Kehormatan,Direktorat
Kepahlawanan,keperintisan,dan kesetiakawanan Sosial, Direktorast Jendral
Pemberdayaan Sosial,Kementrian Sosial RI,Jakartta;
Raja
Ali Al-Haji Riau 1965,Tuhfat al-Nafis ,Sejarah Melayu dan Bugis,Malaysia
Publications,LTD,Singapura;
Rustam S.Abarus,dkk,Tim Penyusun,UNRI,Cetakan II,2015,Panglima
Besarr Reteh tengku Sulung(1799-1858),Sutra Benta Perkasa,Pekanbaru;
Suwardi Ms,dkk,19844,Tim Penulis,Sejarah Perlawanan
terhadap imperialism dan Kolonialisme di Riau,Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan,Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional,Jakarta;
-----------------,2006,TTokoh-Tokoh dalam Sejarah
Kepahlawanan Riau dari masa Kemaharajaan Melayu hingga Proklamasi
Kemerdekaan,Penerbit Alaf Riau,Pekanbaru;
-----------------,Prof.Drs.2007,Metodologi Sejarah,Modul
pada ProdiSejarah,FKIP UNRI,Pekanbaru;
------------dan Ridwan Melay,1990,Syair Sultan
Mahmud,Depdikbud,Dirjenbud,ditjarah dan nilai tradisional,Proyek Peneliitian
dan Pengkajian Kebudayaan Nusantra,Jakarta;
Samad Ahmad,A,1986, Sulalattus Salatin (Sejarah
Melayu) Dewan Bahsa dan Pusttaka, Kementrian Pelajaran Malaysia,Kuala Lumpur;
Sartono Kartodirdjo,1993,Penderkatan Ilmu Sosial
dalam Metodologi Sejarah,PT.Gramedia Pusttaka Utama,Jakartta;
Susanto Zuhdi,editor Hurri Junizar,2014,Nasionalisme,Laut
dan Sejarah,Komunitas Bambu,Depok;
Undang-Undasng Republik Indonesia,Nomor 20 tahun
2009 tentang Gelar,Tanda jasa,dan tanda Kehormatan,Direktorat
Kepahlawanan,keperintisan,dan kesetiakawanan Sosial, Direktorast Jendral
Pemberdayaan Sosial,Kementrian Sosial RI,Jakartta,2011;
Zahara Ibrahim,editor,1987,TTradisi
Johor-Riau,kertas Kerja Hari sasttra 1983,Dewan Bahasa dan Pustaka,Kementrian
Pelajaran Malaysia,Kuala Lumpur;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar